Rabu, 21 Maret 2012

One Day No Rice





Pemerintah tahun ini mencanangkan program ‘Sehari Tanpa Nasi’ atau ‘One Day No Rice’ untuk mengurangi konsumsi beras masyarakat. Saat ini konsumsi beras per kapita Indonesia mencapai 139 kg per tahun, atau terbesar di dunia.
Demikian dikatakan oleh Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi ketika ditemui di Hotel Nikko, Jakarta, Rabu (13/10/2010).
“Konsumsi per kapita kita 139 kg per tahun. Saya ambil gampangnya kira-kira setengah kilogram per hari per kapita. Secara nasional 100 ribu ton per hari, itu banyak dan besar sekali. Konsumsi beras Indonesia terbesar di dunia. Jepang saja 70 kg per tahun per kapita, China 90-100 kg per kapita,” tuturnya.
Menurut mereka, seharusnya, kalau memang persoalannya adalah tentang krisis lahan pangan, Pemerintah Kota (Pemkot) Depok harus lebih jeli mencari strategi, bukannya merugikan masyarakat Depok yang umumnya mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Namun, artikel-artikel di surat kabar Depok justru memuat berita yang secara tersirat mendukung langkah Pemkot. Narasumber berita umumnya berasal dari kalangan pejabat (Gubernur Jabar dan anggota DPRD). Mereka mengatakan bahwa kebijakanOne Day No Rice merupakan langkah yang baik untuk berhemat (lihat berita tanggal 16 dan 18 Februari 2012 di Radar Depok, 17 Februari di Monitor Depok, dan 19 Februari di Jurnal Depok). Sedangkan pendapat para pakar, umumnya dari Universitas Indonesia, yang menilai kebijakan itu tidak arif, hanya dimuat sedikit. Ini sungguh aneh. Seharusnya, merupakan kewajiban bagi media-media lokal di Depok untuk lebih banyak memuat keluhan warga yang tidak setuju dengan kebijakan tersebut.

Sumber:
http://biotaniindonesia.blogspot.com/2011/06/too-much-eat-rice-so-one-day-no-rice-or_04.html
http://rekammedia.akumassa.org/2012/02/19/one-day-no-rice/

Sabtu, 17 Maret 2012

TUGAS KE 2 BAHASA INDONESIA



1.   A.) Jelaskan perbedaan topic, tema dan judul!
B.) Bagaimana cara membatasi topic ?

2.   A.) Sebutkan dan jelaskan manfaat Outline!
B.) Bagaimana langkah-langkah membuat Outline?

3.   A.) Sebutkan dan Jelaskan Unsur-unsur alinea!
B.) Jelaskan cirri-ciri kalimat utama dan kalimat penjelas!
C.) Sebutkan dan jelaskan macam-macam alinea!

Jawab
1.   A.) Topik adalah pokok pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan penulisan suatu artikel, Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran dalam membuat suatu tulisan, sedangkan Judul adalah nama yang di pakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita dan lain-lain.

B.) Cara membatasi sebuah Topik:
·         Tetapkanl;ah topic yang akan di garap dalam kedudukan central.
·         Mengajukan pertanyaan, apakah topic yang berada dalam kedudukan central itu masih dapat di rinci lebih lanjut? Bila dapat, tempatkanlah rincian itu sekitar lingkaran topic pertama tadi.
·         Tempatkanlah dari rincian tadi mana yang akan dipilih.
·         Mengajukan pertanyaan apakah sector tadi masih dapat dirinci lebih lanjut atau tidak.
2.   A.) Manfaat Outline
·         Untuk menyusun kerangka secara teratur.
·         Mempermudah pembahasan tulisan.
·         Menghidari isi tulisan keluar dari tujuan awal.
·         Menghindari penggarapan sebuah …. Sampai kali atau lebih.
·         Memudahkan penulis mencari materi tambahan.
·         Menjamin penulis bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
·         Memudahkan penulis mencari klimaks yang berbeda-beda.
B.) Langkah-langkah membuat outline :
·      Menentukan tema dan judul
Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan.
Judul adalah kepala karangan. Misalkan tema cakupannya lebih besar dan menyangkut pada persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada penjelasan awal (penunjuk singkat) isi karangan yang akan ditulis.
·      Mengumpulkan bahan
Bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan, banyak cara mengumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara masing – masing sesuai juga dengan tujuan tulisannya.
·       Menyeleksi bahan
Agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan. polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis.

  1. A.) Unsur-unsur alinea
(1)   Ide Pokok
(2) Kalimat topic
(3) Kalimat pengembang
(4) Kalimat penegas
(5) Transisi
B.) Ciri-ciri kalimat utama:
1. Biasanya diletakkan pada awal paragraph, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian akhir paragraph.
2. Suatu kalimat berisikan kalimat utama ditandai oleh kata-kata kunci seperti:
·       Sebagai kesimpulan….
·       Yang penting….
·       Jadi, …..
·       Dengan demikian…



3. Biasanya berisi suatu pernyataan yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat penjelas.

Kalimat Penjelas adalah kalimat yang berisi gagasan yang mendukung atau menjadi penjelas kalimat utama. Kalimat-kalimat penjelas tersebut dalam setiap paragraph harus membentuk satu kesatuan gagasan.
Ciri-ciri kalimat penjelas:
1.   Berisi penjelasan seperti:
·       Contoh-contoh
·       Rincian
·       Keterangan
·       Dll.
2. Kalimat penjelas biasanya memerlukan kalimat penghubung.
3. Selalu menghubungkan kalimat-kalimat dalam paragraph.
C.) Macam-macam alinea itu ada tiga yaitu :

    1. Alinea Pembuka
Alinea pembuka merupakan bagian dari sebuah wacana atau karangan yang paling pertama kita temui. oleh karena situ, sebaiknya alinea pembuka itu disusun secara menarik agar memunculkan rasa ingin tahu kepada para pembaca. Dalam alinea pembuka sangat diharapkan dapat membimbing para pembaca untuk memasuki suatu jalan cerita atau isi dari wacana atau dengan kata lain alinea pembuka ini menyiapkan para pembaca untuk memasuki alinea isi. Rumusan alinea pembuka yang baik akan menjadi pedoman untuk pengembangan karangan menuju tingkat selanjutnya. Dengan pedoman itu maka akan tercapainya suatu kepaduan pada dalam sebuah wacana atau karangan.
    1. Alinea Isi
Alinea isi merupakan suatu ide pokok beserta pengembangannya dalam sebuah wacana atau karangan. Oleh karena itu, alinea isi merupakan bagian yang esensial dalam suatu wacana atau karangan. Maksudnya adalah alinea isi menjelaskan dengan cara menguraikan bagian-bagian ide pokok tersebut. Dalam menjelaskannya harus disusun dengan berurutan dan sesuai dengan asas-asas penalaran yang masuk akal atau logis.
    1. Alinea Penutup
Alinea penutup merupakan alinea-alinea yang mengakhiri atau menutup suatu wacana atau karangan. Alinea ini merupakan kebulatan dari masalah-masalah yang dikemukakan pada bagian wacana atau karanan sebelumnya. Selain itu alinea penutup juga harus mengandung kesimpulan yang benar-benar mengakhiri uraian wacana atau karangan tersebut. Karena bertugas untuk mengakhiri suatu wacana, maka alinea penutup yang baik ialah yang tidak terlalu panjang, tetapi juga tidak terlalu pendek. Akan tetapi, alinea penutup harus menimbulkan kesan tersendiri bagi para pembaca.

Kamis, 15 Maret 2012


SOFT SKILL DAN HARD SKILL

Hard skill adalah penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya.
Sedangkan soft skill adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skills). Semua profesi membutuhkan keahlian (hard skill) tertentu akan tetapi semua profesi sangat memerlukan soft skill.

·         Menurut pendapat saya, hard skill dan soft skill sama pentingnya namun alangkah baiknya apabila kedua hal tersebut dilakukan atau dikerjakan dalam waktu yang bersamaan. Tidak hanya hard skill saja yang dikuasai tetapi soft skill juga wajib untuk dimiliki dalam pribadi atau individu masing-masing.
·         Soft skill sangat dibutuhkan dalam hal berinteraksi kepada orang banyak, apabila orang tersebut memiliki soft skill yang baik pasti akan sangat diperhatikan dan seseorang  yang berkomunikasi kepada orang tersebut juga dapat dengan mudah berbaur. Soft skill juga sangat berguna dalam hal pekerjaan, orang yang memiliki komunikasi yang baik atau keterampilan dalam berhubungan kepada orang lain yang menarik, pasti banyak menemukan link-link (manusia) yang berguna untuk perluasan kerja sama dalam hal pekerjaan.
·         Begitu pula dengan hard skill, penguasaan ilmu pengetahuan pun sangat dibutuhkan. Memiliki kecerdasan dalam bidang ilmu yang dikuasai, penting untuk pemenuhan kebutuhan kerja yang optimal.

Contoh soft skill antara lain : kemampuan beradaptasi, komunikasi, kepemimpinan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan lain sebagainya.





Kalimat efektif adalah kalimat yang memperlihatkan bahwa proses penyampaian oleh pembicara/penulis dan proses penerimaan oleh pendengar/pembaca berlangsung dengan sempurna sehingga isi atau  maksud yang di sampaikan oleh pembicara/penulis tergambar lengkap dalam pikiran pendengar/pembaca. Pesan yang diterima oleh pendengar/pembaca relative sama dengan yang di kehendaki oleh pembicara/penulis. Kalimat efektif itu memeiliki ciri (1) koherensi (keutuhan), (2) kesejajaran, (3) pemfokusan, (4) penghematan, (5) Variasi.
Syarat-syarat kalimat efektif sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara/penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar/pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
1           Koherensi (keutuhan)
Koherensi (keutuhan) dalam kalimat terlihat pada adanya keterkaitan makna antardata dalam kalimat tersebut. Perhatikan contoh dibawah ini.
(1a)      Kami pun akhirnya saling memaafkan.
(1b)      Saya pun akhirnya saling memaafkan.
(2a)      Mereka berbondong-bondong menuju pertunjukan rakyat itu.
(2b)      Dia erbondong-bondong manuju pertunjukan rakyat itu.
Kalimat (1a) dan (2a) di atas merupakan contoh kalimat yang memiliki keutuhan atau kepaduan, sedangkan kalimat (1b) dan (2b) tidak. Penggunaan kata ganti orang pertama tunggal saya pada (1b) sebagai subjek predikat verba saling memaafkantidaklah tepat. Predikat verba itu memerlukan kata ganti orang yang jamak. Sementara itu, pada kalimat (2b) terlihat pada penggunaan kata ganti dia sebagai subjek predikat verba berbondong-bondong. Predikat verba itu memiliki cirii (semantis) dengan subjek jamak.
2           Kesejajaran
Kalimat efekif mempersyaratkan adanya kesejajaran bentuk dan kesejajaran makna. Kesejajaran bentuk berhubungan dengan struktur kalusa, sedangkan kesejajaran makna berkaitan dengan kejelasan informasi yang diungkapkan.
2.1         Kesejajaran Bentuk
Kesejajaran bentuk mengacu pada kesejajaran unsur-unsur dalam kalimat. Kesejajaran unsur-unsur kalimat itu akan memudahkan pemahaman pengungkapan pikiran. Perhatikan contoh kalimat berikut.
(3a)      Lokasi perumahan telah dipilih, tetapi lokasi itu belum disetujui direktur.
(3b)      Lokasi perumahan telah dipilih, tetapi direktur belum menyetujuinya.
Kalimat (3a) memperlihatkan kesejajaran bentuk kalusa, keduanya merupakan kalusa bentuk pasif. Sementara itu pada kalimat (3b) ketitidak sejajaran bentuk terlihat pada ketitidak sejajaran bentuk kalusa pasif (dipilih) dan bentuk kalusa aktif (menyetujui). Agar terdapat kesejajaran, klausa kedua di ubah menjadi klausa pasif. Jika bentuk kalusa pertama pasif, bentuk klausa berikutnya pasif pula (3a). sebaliknya, jika bentuk kalusa pertama aktif, bentuk kalusa berikutnya aktif juga. Dengan demikian kalimat (3b) dapat di perbaiki menjadi seperti berikut.
(3c)      Pemimpin unit telah memilih lokasi perumahan, tetapi direktur belum menyetujuinya.
Kesejajaran bentuk juga perlu diperhatikan dalam kalimat yang mengandung perincian. Perhatikan comtoh berikut/
(4)        Langkah-langkah dalam wawancara ialah
            (a)        pertemuan dengan orang yang akan diwawancarai,
            (b)        utarakan maksud wawancara, dan
            (c)        mengatur waktu wawancara.
Ketidaksejajaran kalimat (4) terlihat dalam penggunaan bentuk kata pada awal rincian. Dalam rincian yang pertama digunakan bentuk kata pertemuan (nomina); dalam perincian kedua digunakan bentuk kata utarakan (verba); dalam perincian keiga digunakan bentuk kata mengatur (verba). Agar sejajar, kalimat (4) di perbaiki menjadi seperti berikut.
(4a)      Langkah-langkah dalam wawancara ialah
            (a)        mengatur pertemuan dengan orang yang akan diwawancarai,
            (b)        mengutarakan maksud wawancara, dan
            (c)        mengatur waktu wawancara.
2.2         Kesejajaran Makna
Kesejajaran makna kalimat akan terlihat melalui penataan gagasan yang cermat. Perhatikan contoh berikut ini .
(5)        Saya tidak memperhatikan dan mempunyai kepentingan terhadap masalah itu.
Kalimat seperti itu sering terealisasi menjadi pernyataan negative (tidak memperhatikan) digabungkan dengan pernyataan positif (mempunyai kepentingan). Akibatnya, makna kalimat (5) tidak jelas. Seharusnya, pernyataan negative di gabungkan dengan pernyataan negative pula atau sebaliknya. Dengan demikian, kalmat (5) dapat diubah sebagai berikut.
         (5a)      Saya tidak memperhatikan dan mempunyai kepentingan terhadap masalah itu.
         (5b)      Saya memperhatikan dan mempunyai kepentingan terhadap masalah itu.
3           Pemfokusan
Yang dimaksud dengan pemfokusan adalah pemusatan perhatian terhadap bagian kalimat tertentu. Pemfokusan itu dilakukan melalui berbagai cara, antara lain melalui pengedepanan dan pengulangan.
3.1        Pengedepanan
            Kalimat yang difokuskan diletakan pada bagian awal kalimat. Perhatikan contoh berikut.
            (6)        Piala Sudirman seharusnya tidak berpindah dari bumi pertiwi ini.
            (7)        Sangat memprihatinkan keadaan perekonomian Indonesia saat itu.
            (8)        Secara beringas mereka menyerbu pertokoan itu.
            Pada cotoh diatas terlihat bahwa bagian awal kalimat merupakan bagian yang difokuskan atau ditonjolkan. Unsur yang ditonjilkan pada kalimat (6) adalah subjeknya, yaitu Piala Sudirman, pada kalimat (7) adalah predikat, yaitu sangat memprihatinkan, dan pada kalimat (8) adalah keterangan, yaitu secara beringas. Unsur yang dikedepankan itu tidak ada menonjol lagi kalau susunannya diubah menjadi sebagai berikut.
            (6a)      Seharusnya piala Sudirman tidak berpindah dari bumi pertiwi ini.
            (7a)      Keadaan perekonomian Indonesia saat itu sangat memprihatinkan.
            (8a)      Mereka menyerbu pertokoan itu secara beringas.
3.2        Pengulangan
Pemfokusan dapat ditempuh pula melalui pengulangan bagian yang difokuskan atau ditekankan, seperti contoh berikut.
         (9)        Rajin membaca dan rajin menulis dapat menjamin prestasi belajar demi masa depan.
            (10)      Pandai bergaul, pandai berbicara, dan pandai membujuk orang adalah modal utama seorang pialang.
            Pengulangan kata rajin pada kalimat (9) dan kata pandai pada kalimat (10) dalam ragam tertentu tidak dapat dikatakan mubazir karena berfungsi untuk mempertegas pernyataan. Sebenarnya kata rajin dan pandai dapat saja hanya muncul sekali, tetapi kesannya berbeda. Bandingkan kalimat (9) dan (10) dengan kalimat (9a) dan (10a) berikut.
            (9a)      Rajin membaca dan menulis dapat menjadi prestasi belajar masa depan.
(10a)    Pandai bergaul, berbicara, dan membujuk orang adalah modal utama seorang pialang.
4          Penghematan
Kalimat efektif ditandai pula dengan penggunaan kata secara hemat. Penghematan penggunaan kata itu dilakukan, antara lain, dengan cara (a) Tidak mengulang subyek yang sama, (b) Menghindari pemakaian bentuk ganda, dan (c) Menggunakan kata secara hemat.
4.1       Penghilangan Subjek Berulang
Subjek berulang terdapat dalam kalimat majemuk, baik dalam kalimat majemuk setara maupun kalimat majemuk bertingkat. Dalam hal ini subjeknya harus sama pada kalimat majemuk setara subjek kalimat pertama sama dengan subjek kalimat kedua, ketiga, dan seterusnya. Pada kalimat majemuk bertingkat subjek anak kalimat sama dengan subjek induk kalimat. Perhatikan kalimat dibawah ini.
            (11)      Dia masuk ke ruang pertemuan itu, kemudian dia duduk di kursi paling depan, lalu dia asyik membaca novel.
            (11a)    Dia masuk ke ruang pertemuan itu, kemudian duduk di kursi paling depan, lalu asyik membaca novel.
            Kalimat (11) adalah kalimat majemuk setara yang terdiri atas tiga kalimat dasar dengan subjek yang sama, yaitu dia. Pemunculan subjek sebanyak tiga kali tersebut jelas tidak hemat. Oleh karena itu, subjek kedua dan ketiga tidak perlu hadir sehingga terbentuk kalimat (11a) yang lebih efektif.
            Penghilangan subjek kalimat majemuk bertingkat terlihat pada kalimat berikut.
            (12)      Sejak saya bertempat tinggal di Bogor, saya mempunyai banyak waktu luang.
            (12a)    Sejak bertempat tinggal  di Bogor, saya mempunyai lebih banyak waktu luang.
            Pada kalimat (12) terlihat bahwa subjek anak kalimat sama dengan subjek induk kalimat. Karena subjeknya sama, salah satu subjek tersebut dapat dihilangkan sehingga menjadi kalimat (12a). Namun, harus diingat bahwa penghilangan subjek di dalam kalimat majemuk bertingkat tidak boleh dilakukan pada induk kalimat karena kalau urutan diubah akan terjadi seperti (12c). Penghilangan seperti pada kalimat (12b) dan (12c) dibawah ini harus dihindari.
            (12b)    * Sejak saya bertempat tinggal di Bogor, mempunyai lebih banyak waktu luang.
            (12c)    * Mempunyai lebih banyak waktu luang sejak saya bertempat tinggal di Bogor.
4.2       Penghilangan Bentuk Ganda
Di dalam pemakaian bahasa sehari-hari sering ditemukan pemakaian bentuk ganda yang dapat digolongkan sebagai bentuk ganda atau bersinonim seperti contoh berikut.
            adalah merupakan  
            agar supaya
            seperti misalnya
             sangat … sekali
            amat sangat
            demi untuk
            hanya … saja
            Tiap-tiap unsur  pada pasangan di atas mempunyai arti dan fungsi yang hampir sama di dalam sebuah kalimat. Oleh karena itu, penggunaan kedua unsur tersebut secara bersama-sama, terutama dalam bahasa tulis resmi, harus dihindarkan perhatikan contoh di bawah ini :
            (13)      Bantuan untuk orang miskin itu adalah merupakan wujud kepedulian sosial masyarakat yang mampu.
            (13a)    Bantuan untuk orang miskin itu merupakan wujud kepedulian social masyarakat yang mampu.
            (13b)    Bantuan untuk orang miskin itu adalah wujud kepedulian social masyarakat yang mampu.
            (14)      Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan agar supaya tidak terjadi banjir.
            (14a)    Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan agar tidak terjadi banjir.
            (14b)    Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan supaya tidak terjadi banjir.
            (15)      Kualitas air tanah di daerah permukiman itu sangat baik sekali.
            (15a)    Kualitas air tanah di daerah pemukiman itu sangat baik.
            (15b)    Kualitas air tanah di daerah pemukiman itu baik sekali.
            (16)      Persoalan yang dibicarakannya amat sangat penting.
            (16a)    Persoalan yang dibicarakannya amat penting.
            (16b)    Persoalan yang dibicarakannya sangat penting.
            (17)      Demi untuk kepentingan rakyat banyak mereka rela berkorban apa saja.
            (17a)    Demi kepentingan rakyat banyak, mereka rela berkorban apa saja.
            (17b)    Untuk kepentingan rakyat banyak, mereka rela berkorban apa saja.
            (18)      Agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka hanya memerlukan waktu beberapa hari saja.
             (18a)   Agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, mereka hanya memerlukan waktu beberapa hari saja.
            Penggunaan bentuk ganda tampak pada contoh (13)- -(18). Dari segi makna dan kerapihan struktur kalimat, contoh (13)- – (18) itu tidak memperlihatkan adanya masalah kebahasan. Namun, dari segi kehematan penggunaan kata, pemakaian bentuk ganda itu mengandung kemubaziran. Oleh karena itu, yang disarankan untuk digunakan adalah contoh (13a) – - (18a) dan (13b)  – - (18b).
4.3       Penghematan Penggunaan Kata
Di dalam bahasa Indonesia tidak dikenal bentuk jamak atau tunggal secara tata bahasa. Kata karyawan,peserta, atau anak, misalnya, dapat bermakna tunggal dan dapat pula bermakna jamak. Hal itu sangat bergantung pada konteks pemakaiannya. Untuk menyatakan makna jamak, antara lain, dapat dilakukan dengan pengulangan atau penambahan kata yang menyatakan makna jamak, seperti para, beberapa, sejumlah, banyak, atau segala. Kedua cara pengungkapan makna jamak itu tidak digunakan secara bersam-sama. Perhatikan contoh dibawah ini.
(19)           *Beberapa rumah-rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.
(19a)    Beberapa rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.
(19b)    Rumah-rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.
(20)           *Karyawan harus menaati segala ketentuan-ketentuan yang berlaku di kantor.
(20a)    Karyawan harus menaati segala ketentuan yang berlaku di kantor.
(20b)    Karyawan harus menaati ketentuan-ketentuan yang berlaku di kantor.
5          Variasi
Penyusunan kalimat perlu memperhatikan variable kalimat karena variasi itu akan memberikan efek yang berbeda. Pemfokusan dengan mengedepankan unsure yang dianggap penting seperti yang telah dibicarakan pada bagian 3.1 dapat digolongkansebagai variasi urutan unsur kalimat. Namun, variasi kalimat bukan hanya itu. Variasi lain yang mempertimbangkan nilai komunikasi dapat berupa penyusunan kalimat berimbang, kalimat melepas, dan kalimat berklimaks.
5.1         Kalimat Berimbang
Yang dimaksud dengan kalimat berimbang adalah kalimat yang mengandung beberapa informasi yang kadarnya sama atau seimbang karena sama-sama penting. Contohnya adalah sebagai berikut.
(21)           Fajar telah menyingsing dan burung-burung pun mulai berkicau.
(22)           Semua orang laki-laki bekerja di sawah, sedangkan para istri mereka bekerja di rumah.
Kalimat (21) dan (22) masing-masing mengandung dua informasi. Informasi pertama pada kalimat (21) adalah ‘fajar telah menyingsing’ dan informasi kedua adalah ‘burung-burung pun mulai berkicau.’ Kedua informasi itu mempunyai derajat yang sama. Agar kedua informasi itu sederajat, dipilih jenis kalimat majemuk setara, bukan majemuk, bertingkat. Begitu pula kalimat (22), kalimat itu juga mengandung dua informasi yang sama-sama penting. Informasi pertama adalah ‘semua orang laki-laki bekerja di sawah’dan informasi kedua adalah ‘para istri mereka bekerja di rumah.’ Kalimat (22) juga termasuk jenis kalimat majemuk setara. Bedanya adalah bahwa kalimat (21) berupa kalimat majemuk setara penjumlahan, sedangkan kalimat (22) merupakan kalimat majemuk setara pertentangan.
5.2         Kalimat Melepas
Kalimatmelepas berbeda dari kalimat berimbang. Kalimat berimbang mengandung informasi yang setara, sedangkan kalimat melepas mengandung informasi yang tidak setara. Di dalam kalimat melepas terdapat informasi utama dan informasi tambahan. Informasi utamanya diletakkan pada bagian awal kalimat dan informasi tambahan diletakkan pada posisi berikutnya sehingga seakan-akan informasi tambahan itu dilepas begitu saja. Karena derajat informasinya tidak sama, jenis kalimat yang digunakan bukan kalimat majemuk setara, melainkan kalimat majemuk bertingkat. Agar penjelasan ini lebih mudah dipahami, kalimat berimbang (21) dan (22) di atas, diubah menjadi kalimat melepas seperti berikut.
(23)           Fajar telah menyingsing saat burung-burung mulai berkicau.
(24)           Semua orang laki-laki bekerja di sawah tatkala para istri mereka sedang bekerja di rumah.
            Dengan mengubah kalimat (21) dan (22) menjadi kalimat (23) dan (24), informasi yang terkandung di dalamnya mempunyai derajat yang berbeda. Perbedaan derajat informasi itu dipisahkan oleh kata penghubung saat dan tatkala. Informasi pada bagian awal kalimat, yaitu sebelum kata penghubung, adalah informasi utama yang derajatnya lebih tinggi, sedangkan informasi berikutnya, yaitu sesudah kata penghubung, adalah informasi tambahan yang derajatnya lebih rendah. Bagian kalimat yang memuat informasi utama itu adalah anak kalimat. Dengan demikian, kalimat (23) dan (24) adalah kalimat majemuk bertingkat.
5.3         Kalimat Berklimaks
Kalimat berklimaks merupakan kebalikan kalimat melepas. Pada kalimat melepas informasi utamanya terletak pada awal kalimat, sedangkan pada kalimat berklimaks informasi utamanya terletak pada bagian akhir kalimat. Dengan demikian, kalimat (23) dan (24) di atas dapat diubah menjadi kalimat berklimaks seperti berikut.
            (23a)    Saat burung-burung mulai berkicau, fajar menyingsing.
            (24a)    Ketika para istri mereka bekerja di dapur, semua orang laki-laki bekerja di sawah.
6         Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
(25a)    Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (salah)      
(25b)    Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (benar)
(26a)    Mayat lelaki tua yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah tersebut. (salah)
(26b)    Sebelum meninggal, lelaki tua yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di daerah tersebut. (benar)
7         Kecermatan
Kecermatan di sini maksudnya tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata.
Contoh:
(27a)    Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (salah)
            (27b)    Mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (benar)
            (28c)    Mahasiswa yang terkenal di perguruan tinggi itu menerima hadiah. (benar)
(29a)    Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan. (salah)
            (29b)    Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribu rupiah. (benar)
            (29b)    Dia menerima uang sebanyak dua puluh lembar lima ribu rupiah. (benar)
Sumber :
  1. Alwi,Hasan.2001.Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia Kalimat. Jakarta : Departermen Pendidikan Nasional
  2. http://freezcha.wordpress.com/2010/05/08/jenis-jenis-kalimat/